Senin, 07 Januari 2013

Jugun Ianfu: AKU BUKAN PELACUR ! Potret Kelam Wanita Indonesia Atas Kekejaman Tentara Jepang (2)

APAKAH 'IANFU'?
"Ianfu" adalah istilah Jepang terhadap perempuan "penghibur" tentara kekaisaran Jepang dimasa perang Asia Pasifik, istilah asing lainnya adalah comfort woman Pada kenyataannya "Ianfu" bukan merupakan perempu`n penghibur tetapi perbudakan seksual yang brutal, terencana, serta dianggap masyarakat internasional sebagai kejahatan perang. Diperkirakan 200 sampai 400 ribu perempuan Asia berusia 13 hingga 25 tahun. Konggres internasional sepakat menggunakan istilah "Ianfu" (pakai tanda kutip).








UNTUK APA "IANFU" DICIPTAKAN?
Invansi ke negara lain yang mengakibatkan peperangan membuat kelelahan mental tentara Jepang. Kondisi ini mengakibatkan tentara melakukan pelampiasan seksual secara brutal dengan perkosaan masal yang mengakibatkan mewabahnya penyakit kelamin yang menjangkiti tentara Jepang. Hal ini tentunya melemahkan kekuatan angkatan perang kekaisaran Jepang. Situasi ini memunculkan gagasan untuk merekrut perempuan-perempuan lokal, menyeleksi kesehatan dan memasukan mereka ke dalam Ianjo-Ianjo sebagai rumah bordil militer Jepang.


BAGAIMANA "IANFU" DIREKRUT?
Mereka direkrut dengan cara halus seperti dijanjikan sekolah gratis, pekerjaan sebagai pemain sandiwara, pekerja rumah tangga, pelayan rumah makan dan juga dengan cara kasar dengan menteror disertai tindak kekerasan, menculik bahkan memperkosa di depan keluarga.
Yang merekrut "Ianfu" di Indonesia adalah Militer Jepang, sipil Jepang, pejabat lokal sepeti bupati, camat, lurah dan RT.




DARI MANAKAH ASAL 'IANFU'?
Mereka berasal dari Korea Selatan, Korea Utara, Cina, Filipina, Taiwan, Timor Leste, Malaysia, dan Indonesia. Sebagian kecil di antaranya dari Belanda dan Jepang sendiri.
“Ianfu” di Indonesia ditempatkan secara hirarkis menurut kelas, ras dan kebangsaan. Yang berkulit putih asal Manado, keturunan Cina dan keturunan Belanda melayani opsir yang berpangkat tinggi. Sedangkan yang berasal dari Jawa berkulit kecoklatan ditempatkan di ianjo bagi tentara berpangkat rendah.
Mereka dibawa ke wilayah medan pertempuran untuk melayani kebutuhan seksual sipil dan militer Jepang baik di garis depan pertempuran maupun di wilayah garis belakang pertempuran. Penempatan mereka sangat dipengaruhi lokasi barak militer.




SIAPAKAH 'IANFU' INDONESIA?
Sebagian besar berasal dari pulau Jawa yang dijadikan Jugun Ianfu dan nama asli mereka diganti dengan nama Jepang seperti Mardiyem menjadi Momoye (Yogyakarta, Jateng), Aminah menjadi Shinju (Sukabumi, Jawa Barat), Suharti menjadi Miki (Kediri, Jatim), Emah Kastimah menjadi Miyoko (Kuningan, Jabar), Kasinem menjadi Yako (Solo, Jateng), Sumirah menjadi Kimiko (Salatiga, Jateng), Sutarbini menjadi Miniko (Yogyakarta, Jawa Tengah), Siti Neng Itjuh menjadi Ruriko (Garut, Jateng), Omoh Salamah menjadi Midori (Cimahi, Jabar), Lantrah menjadi Toyoko (Pekalongan, Jateng) dan puluhan ribu orang lainnya.



BAGAIMANA 'IANFU' DIPERLAKUKAN?
Mereka diperkosa dan disiksa secara kejam. Dipaksa melayani kebutuhan seksual tentara Jepang sebanyak 10 hingga 20 orang siang dan malam serta dibiarkan kelaparan. Kemudian di aborsi secara paksa apabila hamil. Banyak perempuan mati dalam Ianjo karena sakit, bunuh diri atau disiksa sampai mati.
Bagi yang selamat (penyintas) di masa tuanya penuh derita dengan kerusakan kandungan, pendarahan, sakit jiwa, hidup mengasingkan diri atau dikucilkan masyarakat.






APAKAH YANG DISEBUT IANJO?
Berasal dari bahasa Jepang dari kata Ian = Perempuan, Jo = Tempat, arti harfiahnya menjadi tempat hiburan yang berfungsi sebagai rumah bordil militer Jepang. Ianjo tempat pelayanan seksual bagi tentara dan sipil Jepang dimulai sejak tahun 1932. Daichi Salon dijadikan model untuk pembangunan ianjo-Ianjo di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Suhanah berdiri di depan bekas ianjo di Bandung tempat ia disekap dan diperkosa.



APAKAH ASIAN WOMEN FUND (AWF)?
Juli 1995 Asian Women?s Fund (AWF) didirikan oleh organisasi swasta Jepang. Organisasi ini dituduh sebagai agen penyuap untuk meredam protes masyarakat internasional terhadap pemerintah Jepang padahal tidak mewakili pemerintah Jepang secara resmi.
Di masa pemerintahan Soeharto Tahun 1997 Menteri Sosial Inten Suweno menerima dana santunan bagi para korban sebesar 380 juta yen yang diangsur selama 10 tahun.
Namun banyak para korban menyatakan tidak pernah menerima santunan tersebut.









APAKAH "IANFU" INDONESIA PERNAH MENGGUGAT SECARA PERDATA KE PENGADILAN JEPANG?
“Ianfu” Indonesia tidak pernah menggugat secara hukum perdata ke pengadilan di Jepang seperti yang dilakukan negara Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Cina dan Belanda sejak 1991 tetapi Tahun 1997 beberapa penyintas dari Yogyakarta pernah membuat surat gugatan hukum kepada Ketua Pengadilan Jakarta Pusat terhadap Depsos RI atas kerugian materil dan imateril sebesar Rp 5,300. Milyar *)
*) Gugatan Jugun Ianfu kepada Menteri Sosial RI; Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia; Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar